Umumnya, pekan ini adalah pekan dimana Hasil belajar Mahasiswa/i telah keluar. Ditempat saya kuliah, seluruh hasil selama 1 semester telah keluar, begitu juga dengan IPS serta IPKnya.
Jika kamu adalah seorang Mahasiswa/i yang juga tengah mendapatkan hasil belajarmu disemester lalu, bagaimana perasaanmu menerimanya? Senangkah? Puas? atau justru sebaliknya Sedih, Menyesal, Kecewa?
Saya pribadi, sungguh merasa senang dengan hasil yang telah saya terima namun saya tidak puas. Ah? Bagaimana mungkin? Senang tapi kok tidak puas? Hehehe.. Setiap teman yang bertanya "berapa IP lo, Put?" mereka akan selalu menjawab dengan pujian dan ucapan selamat akan "angka" yang menurut mereka sangat bagus itu. Namun, ketika mereka bertanya bagaimana perasaan saya, mereka akan kaget dan mengingatkan saya untuk bersyukur hahaha..... Yeah, karena jawaban saya adalah senang, tapi saya tidak puas.
Ada seorang teman saya yang bertanya pada saya "Seberapa pentingnya sih IP buat lo?", dan Ia pun mengingatkan saya akan hal penting ini: "Lo harus tau, nanti kalo kerja tuh IP ga bakal dipake", yang sejujurnya saya sudah tau karena saya sudah bekerja sebelum kuliah hehehehe..
Baiklah, sebelum saya melanjutkan, mohon agar teman-teman pembaca kembali ingat bahwa tulisan ini adalah murni sebuah pendapat dari penulis.
Bicara soal tingkat kepuasan, tentu setiap orang memiliki target dan standartnya masing-masing begitu juga saya. Saya menyadari dan saya sangat beryukur akan perolehan hasil yang sangat baik disemester ini, maka itulah saya senang. Namun karena saya memiliki target yang lebih tinggi dari hasil yang telah saya dapat, maka itulah saya tidak puas.
Lalu, "Seberapa pentingnya sih IP buat lo?" Jawaban saya adalah Sangat Penting. Mengapa demikian? Karena bagi saya, nilai bukanlah hanya sebuah angka yang diberikan oleh dosen. Dan saya juga tidak berpendapat bahwa Nilai adalah tolak ukur kecerdasan, tidak. Bukan begitu. Namun, saya menganggap bahwa nilai adalah sebuah Tanggung Jawab.
Siapapun didunia ini, siapa sih yang engga mau jadi yang terbaik? Bahkan untuk orang-orang yang kita sayangi, pastilah kita ingin memberikan yang terbaik, bukan? Lalu bagaimana mungkin kita bisa memberikan yang terbaik jika kita tidak pernah berusaha untuk menjadi yang terbaik.
Benarkah IPK tidak dipakai untuk melamar pekerjaan?
Saya punya pengalaman ketika pertamakali saya melamar pekerjaan disalah satu perusahaan yang cukup besar. Ketika itu, saya mendengar bahwa hanya yang memiliki IPK diatas 3.00 yang akan lolos keseleksi berikutnya, karena saat itu saya baru lulusan SMK, maka sudah jelas saya gagal. Lalu, timbul sebuah pertanyaan besar dalam benak saya.. "Mengapa hanya yang memiliki IPK minimal 3.00, kan nilai bagus belum tentu aplikasi kedunia kerjanya bagus juga"
Lalu, karena saya penasaran maka saya bertanya pada salah seorang staf yang kebetulan adalah Manager HRD-nya. Dan dalam percakapan singkat saya dengannya, beliau mengatakan;
"Tugas utama mahasiswa itu belajar. Orang tua percaya kalian datang kekampus untuk belajar. Lalu, apa indikator paling sederhana dari keseriusan kalian dalam memenuhi tanggung jawab tugas utama yaitu belajar? Indikatornya adalah hasil belajar tersebut. IPK.
Kami memang tidak hanya mencari orang-orang dengan kemampuan akademis yang baik tapi kami mencari orang yang memiliki Tanggung Jawab. Bagaimana mungkin kami memilih Mahasiswa yang dalam menjalankan tugas utamanya saja tidak bertanggung jawab?"
Memiliki IPK tinggi belum tentu memiliki ilmu juga. Ya, saya setuju. Itu adalah fakta bahwa tingkat kecurangan saat ujian masih sangat besar. Budaya mencontek bukan lagi hal yang sulit untuk dilakukan karena semakin canggih technology dan semakin hebat cara berpikir generasi muda kini. Maka jadilah pemilik IPK yang memiliki pengetahuan sama besarnya ;)
Saya punya pengalaman ketika pertamakali saya melamar pekerjaan disalah satu perusahaan yang cukup besar. Ketika itu, saya mendengar bahwa hanya yang memiliki IPK diatas 3.00 yang akan lolos keseleksi berikutnya, karena saat itu saya baru lulusan SMK, maka sudah jelas saya gagal. Lalu, timbul sebuah pertanyaan besar dalam benak saya.. "Mengapa hanya yang memiliki IPK minimal 3.00, kan nilai bagus belum tentu aplikasi kedunia kerjanya bagus juga"
Lalu, karena saya penasaran maka saya bertanya pada salah seorang staf yang kebetulan adalah Manager HRD-nya. Dan dalam percakapan singkat saya dengannya, beliau mengatakan;
"Tugas utama mahasiswa itu belajar. Orang tua percaya kalian datang kekampus untuk belajar. Lalu, apa indikator paling sederhana dari keseriusan kalian dalam memenuhi tanggung jawab tugas utama yaitu belajar? Indikatornya adalah hasil belajar tersebut. IPK.
Kami memang tidak hanya mencari orang-orang dengan kemampuan akademis yang baik tapi kami mencari orang yang memiliki Tanggung Jawab. Bagaimana mungkin kami memilih Mahasiswa yang dalam menjalankan tugas utamanya saja tidak bertanggung jawab?"
Memiliki IPK tinggi belum tentu memiliki ilmu juga. Ya, saya setuju. Itu adalah fakta bahwa tingkat kecurangan saat ujian masih sangat besar. Budaya mencontek bukan lagi hal yang sulit untuk dilakukan karena semakin canggih technology dan semakin hebat cara berpikir generasi muda kini. Maka jadilah pemilik IPK yang memiliki pengetahuan sama besarnya ;)
Disisi lain, setiap Mahasiswa/i yang dengan IPK tertinggi akan mendapatkan Scholarship atau beasiswa. Hal ini juga merupakan salah satu motivasi saya untuk belajar dan mengejar nilai yang tinggi. Kenapa? Karena kamu akan merasakan sebuah kebahagiaan ketika kamu berhasil membuat orang-orang yang kamu sayangi tersenyum bahagia, bangga akan prestasimu ;)
Never give up! Do your best!